Tugas Besar : Kontrol dan Monitoring Kumbung Budidaya Jamur Putih

 






 Rangkaian Kontrol dan Monitoring Kumbung Budidaya  Jamur Tiram

Pendahuluan [KEMBALI]

Kumbung budidaya jamur tiram menjadi suatu inovasi yang berkembang pesat dalam dunia pertanian modern. Dengan memanfaatkan teknologi dan metode yang lebih efisien, kumbung ini memberikan solusi untuk meningkatkan produksi jamur tiram secara berkelanjutan. Budidaya jamur tiram dalam kumbung memberikan kontrol yang lebih baik terhadap lingkungan tumbuh jamur, seperti suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara, sehingga hasil produksi menjadi lebih konsisten. Selain itu, kumbung budidaya jamur tiram juga memberikan kontribusi positif terhadap pemanfaatan lahan, memungkinkan produksi jamur tiram dapat dilakukan secara berskala besar di berbagai lokasi. Dengan pertumbuhan industri jamur yang terus berkembang, kumbung budidaya jamur tiram menjadi pilihan yang menarik bagi para petani dan pengusaha yang ingin mengoptimalkan produksi jamur tiram secara efisien.

TUJUAN [KEMBALI]
  • Memenuhi syarat untuk Tugas Besar  Mikroprosesor.
  • Menciptakan kondisi lingkungan kumbung jamur tiram agar lebih optimal
  • Peningkatan efisiensi produksi jamur tiram putih
  • Pengelolaan sumber daya yang efisien pada jamur tiram putih

ALAT DAN BAHAN [KEMBALI]

1. Alat
1. Power Supply
2. Voltmeter DC



2. Bahan 
1. Arduino



Spesifikasi :

2. Flame Sensor 

Spesifikasi 

3. MQ 135

Spesifikasi 

4. Sensor LDR



Spesifikasi :

  • Supply : 3.3 V – 5 V (arduino available) 
  • Output Type: Digital Output (0 and 1) 
  • Inverse output 
  • Include IC LM393 voltage comparator 
  • Sensitivitasnya dapat diatur 
  • Dimensi PCB size: 3.2 cm x 1.4 cm

5. LCD

Spesifikasi :



6. LED
Spesifikasi :
  • Superior weather resistance
  • 5mm Round Standard Directivity
  • UV Resistant Eproxy
  • Forward Current (IF): 30mA
  • Forward Voltage (VF): 1.8V to 2.4V
  • Reverse Voltage: 5V
  • Operating Temperature: -30℃ to +85℃
  • Storage Temperature: -40℃ to +100℃
  • Luminous Intensity: 20mcd

7. Ground

Ground Berfungsi sebagai untuk meniadakan beda potensial dengan mengalirkan arus sisa dari kebocoran tegangan atau arus pada rangkaian


8. Potensiometer
Spesifikasi :
  • Type: Rotary a.k.a Radio POT
  • Available in different resistance values like 500Ω, 1K, 2K, 5K, 10K, 22K, 47K, 50K, 100K, 220K, 470K, 500K, 1 M. 
  • Power Rating: 0.3W
  • Maximum Input Voltage: 200Vdc
  • Rotational Life: 2000K cycles

9. Rotary Switch

Spesifikasi 


10.Jumper
11. Relay 3V

Spesifikasi :

12. Load cell


Spesifikasi :



13. DHT
Spesifikasi 


14.  Transistor 2N4033

Spesifikasi 

15. Transistor 2N2222

Spesifikasi :


16. Motor DC
Spesifikasi :
  • Standard 130 Type DC motor
  • Operating Voltage: 4.5V to 9V
  • Recommended/Rated Voltage: 6V
  • Current at No load: 70mA (max)
  • No-load Speed: 9000 rpm
  • Loaded current: 250mA (approx)
  • Rated Load: 10g*cm
  • Motor Size: 27.5mm x 20mm x 15mm
  • Weight: 17 grams

17. I2C

Spesifikasi 


18. HX711
Spesifikasi :





1. Arduino

Kontruksi 



Arduino adalah platform perangkat keras (hardware) yang dirancang untuk memudahkan pengembangan dan prototyping proyek-proyek elektronik. Ini terdiri dari papan sirkuit cetak berukuran kecil yang dilengkapi dengan mikrokontroler dan sejumlah pin input/output yang dapat digunakan untuk menghubungkan sensor, aktuator, dan komponen elektronik lainnya.

Mikrokontroler pada papan Arduino adalah otak utama yang mengontrol berbagai komponen yang terhubung dengannya. Papan Arduino biasanya dilengkapi dengan berbagai macam varian mikrokontroler dari berbagai produsen, seperti ATmega yang diproduksi oleh Microchip Technology. Meskipun demikian, Arduino lebih sering dikaitkan dengan platform open-source yang dikelola oleh Arduino.cc.

Arduino memiliki beberapa komponen utama yang membentuk papan sirkuit mikrokontroler. Berikut adalah penjelasan tentang komponen-komponen utama Arduino:

  1. Mikrokontroler: Ini adalah otak utama dari Arduino yang melakukan semua operasi pengolahan data dan kontrol. Arduino menggunakan mikrokontroler sebagai pusat kendali, yang berfungsi untuk membaca input, menjalankan kode program, dan mengontrol output. Beberapa varian Arduino menggunakan mikrokontroler dari berbagai produsen, seperti ATmega yang diproduksi oleh Microchip Technology.
  2. Pin I/O: Arduino memiliki sejumlah pin input/output (I/O) yang digunakan untuk menghubungkan sensor, aktuator, dan komponen lainnya. Pin ini bisa berfungsi sebagai input untuk membaca data dari sensor atau output untuk mengontrol aktuator. Ada pin digital dan pin analog. Pin digital dapat berupa input atau output dengan nilai logika 0 (LOW) atau 1 (HIGH), sementara pin analog digunakan untuk membaca nilai analog seperti sensor suhu atau cahaya.
  3. Papan Sirkuit: Papan Arduino adalah substrat fisik tempat semua komponen terhubung. Papan ini biasanya terbuat dari bahan tahan lama dan dilengkapi dengan jalur tembaga yang menghubungkan komponen-komponen elektronik.
  4. Konektor USB: Banyak varian Arduino dilengkapi dengan konektor USB. Ini memungkinkan Anda untuk menghubungkan papan Arduino ke komputer, sehingga Anda dapat mengunggah kode program ke mikrokontroler dan berkomunikasi dengan papan melalui koneksi serial.
  5. Catu Daya: Arduino memerlukan catu daya untuk beroperasi. Ini bisa berasal dari komputer melalui kabel USB atau dari sumber daya eksternal seperti baterai atau adaptor listrik. Beberapa papan Arduino memiliki regulator tegangan yang memungkinkan papan menerima berbagai tingkat tegangan masukan.
  6. Konektor Listrik: Arduino umumnya memiliki pin header atau konektor yang memungkinkan Anda untuk menghubungkan kabel atau kawat ke pin I/O. Ini memudahkan Anda dalam menghubungkan sensor, aktuator, dan komponen lainnya ke papan Arduino.
  7. Kristal Osilator: Kristal osilator digunakan untuk menghasilkan sinyal osilasi yang diperlukan oleh mikrokontroler untuk menjalankan perhitungan waktu dan operasi lainnya.
  8. Tombol Reset: Tombol reset memungkinkan Anda untuk mengulang proses booting papan Arduino atau menghentikan eksekusi program yang sedang berjalan.
  9. Indikator LED: Beberapa varian Arduino memiliki indikator LED yang terhubung ke pin tertentu. LED ini dapat diatur dalam kode program untuk memberi tahu status atau kondisi papan, seperti aktif atau dalam mode tidur.

Semua komponen ini bekerja bersama-sama untuk menciptakan platform Arduino yang kuat dan serbaguna untuk mengembangkan berbagai proyek elektronik dan pemrograman.


2. Flame Sensor


Sensor api adalah perangkat yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan nyala api, umumnya digunakan dalam aplikasi di mana pemantauan dan kontrol nyala api penting untuk keamanan dan operasional. Prinsip kerja umumnya berbasis deteksi sinar inframerah atau ultraviolet yang dihasilkan oleh api. Ketika nyala api hadir, sensor dapat mengidentifikasi radiasi khusus ini, dan sinyal keluarannya dapat digunakan untuk mengaktifkan alarm, mematikan sistem, atau mengendalikan langkah-langkah keselamatan lainnya. Sensor ini penting dalam berbagai aplikasi, termasuk pada sistem pembakaran industri, peralatan pemanas, dan perangkat gas, untuk memastikan kestabilan proses pembakaran dan keamanan.
Pin pada flame sensor :

  1. VCC (Voltage Common Collector) atau VCC: Ini adalah pin daya yang digunakan untuk menyediakan tegangan kerja untuk sensor. Biasanya terhubung ke sumber daya positif.
  2. GND (Ground):

    Pin tanah, yang terhubung ke sumber daya negatif atau ground, untuk menciptakan sirkuit lengkap.
  3. OUT (Output):

    Pin output menghasilkan sinyal yang menunjukkan apakah sensor mendeteksi keberadaan nyala api atau tidak. Sinyal ini dapat digunakan sebagai input untuk sistem kontrol atau mikrokontroler yang mengatur respons sistem terhadap deteksi api.
  4. NC (No Connection):

    Beberapa sensor mungkin memiliki pin yang tidak terhubung untuk meningkatkan fleksibilitas desain atau memiliki opsi tambahan di masa mendatang.

Prinsip kerja

Flame sensor bekerja berdasarkan prinsip deteksi radiasi inframerah atau ultraviolet yang dihasilkan oleh nyala api. Sensor ini dilengkapi dengan fotodetektor sensitif terhadap panjang gelombang khusus yang dihasilkan oleh api. Ketika nyala api hadir, sensor mendeteksi radiasi ini dan menghasilkan sinyal keluaran. Sinyal tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengontrol sistem, seperti mematikan peralatan jika nyala api tiba-tiba padam, yang secara signifikan berkontribusi pada keamanan dan stabilitas operasional di berbagai aplikasi, termasuk sistem pembakaran industri, peralatan pemanas, dan perangkat gas.

Grafik respon sensor


3. MQ 135
Sensor MQ-135 adalah sensor gas yang mendeteksi berbagai gas berbahaya seperti amonia, karbon monoksida, metana, propana, dan asap rokok. Prinsip kerjanya berdasarkan perubahan resistansi listrik dalam respons terhadap konsentrasi gas tertentu. Ketika gas yang diidentifikasi hadir dalam lingkungan, sensor ini mengalami perubahan resistansi yang dapat diukur. Sensor MQ-135 biasanya digunakan dalam aplikasi keamanan dan pengukuran kualitas udara di dalam ruangan, dan keluaranannya dapat diinterpretasikan untuk memberikan informasi tentang tingkat kebersihan udara serta potensi paparan terhadap gas berbahaya. Pin pada MQ 135

  1. VCC (Voltage Common Collector): Ini adalah pin daya yang digunakan untuk menyediakan tegangan kerja untuk sensor. Biasanya terhubung ke sumber daya positif.
  2. GND (Ground): Pin tanah, yang terhubung ke sumber daya negatif atau ground, untuk menciptakan sirkuit lengkap.
  3. OUT (Output): Pin output menghasilkan sinyal analog atau digital yang berkaitan dengan konsentrasi gas yang terdeteksi. Sinyal ini dapat dihubungkan ke mikrokontroler atau sistem pemantauan untuk analisis lebih lanjut atau tindakan respons.
  4. A0 (Analog Output): Beberapa versi sensor MQ-135 memiliki pin tambahan untuk output analog, yang memberikan informasi lebih rinci tentang tingkat konsentrasi gas.
  5. D0 (Digital Output): Jika sensor mendukung output digital, pin ini menghasilkan sinyal logika yang menunjukkan apakah konsentrasi gas telah melebihi ambang batas tertentu.

Prinsip Kerja
Sensor gas MQ-135 bekerja berdasarkan perubahan resistansi gas dalam respons terhadap gas tertentu yang terkandung dalam lingkungan. Sensor ini menggunakan lapisan film logam oksida semikonduktor, seperti SnO2 (timah dioksida), yang memiliki resistansi listrik yang bervariasi tergantung pada jenis dan konsentrasi gas yang bersentuhan dengannya. Ketika sensor terpapar gas tertentu, seperti amonia, karbon monoksida, metana, atau propana, reaksi kimia dengan lapisan semikonduktor menyebabkan perubahan resistansi. Variasi ini kemudian diukur dan diinterpretasikan sebagai sinyal output, yang dapat berupa sinyal analog atau digital. Dengan memonitor perubahan resistansi, sensor MQ-135 dapat memberikan informasi tentang tingkat konsentrasi gas dalam lingkungan, memungkinkan pengguna untuk mendeteksi dan mengukur adanya gas berbahaya.
Grafik Respon sensor

4.Sensor LDR

Sensor LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis sensor yang mengubah resistansinya sebagai respons terhadap perubahan intensitas cahaya. Juga dikenal sebagai fotoresistor, sensor ini umumnya digunakan dalam rangkaian elektronik untuk mendeteksi dan mengontrol tingkat cahaya dalam berbagai aplikasi. LDR umumnya terbuat dari bahan semikonduktor. Jenis yang paling umum adalah sulfida kadmium (CdS).Resistansi LDR berkurang dengan peningkatan intensitas cahaya yang jatuh di atasnya. Sebaliknya, resistansi meningkat dalam ketiadaan atau pengurangan cahaya.LDR sering digunakan dalam kombinasi dengan komponen elektronik lain, seperti resistor dan penguat operasional, untuk membuat rangkaian yang dapat mengukur dan merespons tingkat cahaya. Pin yang terdapat pada sensor LDR :
  1. Kaki Resistor: Salah satu kaki LDR terhubung ke elemen resistor variabel yang merespon terhadap intensitas cahaya.
  2. Kaki Tetap (Common): Kaki lainnya terhubung ke ujung tetap dari elemen resistor. Kaki ini sering dihubungkan ke referensi atau tanah (ground) dalam sirkuit.
Prinsip kerja Sensor LDR

  • Sensor LDR, atau Light Dependent Resistor, beroperasi berdasarkan prinsip perubahan resistansi material semikonduktor di dalamnya sebagai tanggapan terhadap perubahan intensitas cahaya yang diterimanya. Umumnya terbuat dari sulfida kadmium (CdS), LDR memiliki sifat semikonduktor yang memungkinkan arus listrik melalui material tersebut. Ketika cahaya jatuh pada LDR, foton dalam cahaya merangsang perubahan pada struktur elektron di dalam semikonduktor, menghasilkan perubahan resistansi. Resistansi LDR akan berkurang seiring dengan peningkatan intensitas cahaya, memungkinkan arus listrik yang lebih besar mengalir melalui sensor. Sebaliknya, dalam kondisi cahaya yang rendah, resistansi meningkat, mengurangi arus yang mengalir. Output dari sensor ini, yang mencerminkan perubahan resistansi, dapat diukur atau digunakan dalam rangkaian elektronik untuk mengontrol atau memonitor berbagai aplikasi, seperti sistem pencahayaan otomatis atau kontrol paparan kamera. Prinsip kerja ini menjadikan LDR sebagai pilihan yang populer untuk mendeteksi dan merespons tingkat cahaya dalam berbagai situasi. Gambar grafik respon sensor untuk sensor LDR

5.LCD 

LCD (Liquid Crystal Display) adalah jenis tampilan visual yang menggunakan kristal cair untuk menghasilkan gambar. LCD bekerja berdasarkan sifat optis dari kristal cair yang dapat dikendalikan untuk memblokir atau mengizinkan cahaya melalui mereka.Layar LCD terdiri dari sel-sel piksel yang dapat mengubah orientasi kristal cairnya untuk mengatur jumlah cahaya yang melewati setiap piksel.Banyak LCD memerlukan sumber cahaya belakang (backlight) untuk membuat gambar terlihat. Backlight dapat menggunakan lampu fluoresen atau lampu LED.

Prinsip kerja LCD
Liquid Crystal Display (LCD) berfungsi berdasarkan prinsip perubahan sifat optik dari bahan kristal cair yang dikontrol oleh medan listrik. LCD terdiri dari lapisan-lapisan bahan polarisasi dan lapisan bahan kristal cair di antara dua substrat kaca. Ketika tegangan diterapkan pada lapisan bahan kristal cair, medan listrik mengubah orientasi molekul-molekul dalam kristal cair, mengubah arah polarisasi cahaya yang melewati mereka. Ini memungkinkan atau memblokir cahaya dari lampu belakang LCD yang melewati piksel-piksel tertentu, menciptakan tampilan dengan karakter atau gambar yang diinginkan. Dengan kontrol tegangan yang tepat pada piksel-piksel yang sesuai, LCD mampu menampilkan teks, grafik, atau gambar dalam berbagai resolusi dan warna, menjadikannya teknologi tampilan yang luas digunakan dalam perangkat-perangkat elektronik seperti ponsel, monitor, dan televisi.

6.LED

LED merupakan singkatan dari Light Emitting Diode, merupakan salah satu perangkat semikonduktor yang mengeluarkan cahaya ketika arus listrik melewatinya, dan digunakan sebagai indikator keluaran (output). Tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:
Infra merah : 1,6 V. Merah : 1,8 V – 2,1 V. Oranye : 2,2 V. Kuning : 2,4 V. Hijau : 2,6 V. Biru : 3,0 V – 3,5 V. Putih : 3,0 – 3,6 V. Ultraviolet : 3,5 V.

7. Rotary Switch
Rotary switch adalah jenis saklar (switch) yang dirancang untuk mengatur atau memilih satu dari beberapa opsi sirkuit listrik. Dikenal juga sebagai saklar putar atau saklar selektor, rotary switch memiliki desain berbentuk bulat atau silinder dan dapat diputar dalam satu atau lebih arah. Setiap posisi putaran rotary switch terkait dengan suatu koneksi sirkuit atau fungsi tertentu. Seringkali, rotary switch digunakan untuk memilih di antara berbagai mode operasi atau nilai resistansi dalam suatu rangkaian elektronika.



Prisnip kerja
Rotary switch bekerja berdasarkan prinsip perpindahan kontak internal yang terhubung dengan berbagai posisi atau fungsi dalam sirkuit listrik. Terdiri dari cincin kontak dengan sejumlah kaki atau pin, rotary switch memungkinkan pengguna untuk memilih satu opsi dari beberapa opsi yang tersedia dengan memutar switch ke posisi yang diinginkan. Saat switch diputar, elemen penggerak atau rotor mengubah posisi kontak internal, mengarahkan aliran arus listrik melalui sirkuit sesuai dengan konfigurasi yang diinginkan. Prinsip kerja ini menjadikan rotary switch sangat berguna dalam menyediakan kontrol pemilihan dalam berbagai aplikasi elektronika dan sistem kontrol.

8. Potensiometer
Potensiometer, atau sering disebut sebagai potensio, adalah komponen elektronik yang berfungsi sebagai resistor variabel dengan resistansi dapat diubah secara manual. Potensiometer umumnya terdiri dari resistor pita atau kumparan yang dapat diputar menggunakan gilas atau penggerak lainnya. Saat potensiometer diputar, titik penyentuh pada pita resistor mengubah lokasinya, mengakibatkan perubahan resistansi. Potensiometer digunakan untuk mengontrol level atau kecerahan dalam berbagai aplikasi, seperti sistem audio, lampu dimmer, dan kontrol parameter dalam rangkaian elektronika. Nilai resistansi yang dihasilkan oleh potensiometer dapat diukur dan digunakan untuk mengatur tegangan atau arus dalam suatu rangkaian, menyediakan solusi yang fleksibel dan mudah disesuaikan dalam desain elektronik.

Prinsip Kerja
Prinsip kerja potensiometer didasarkan pada konsep perubahan resistansi dalam suatu rangkaian yang diinduksi oleh pergerakan mekanis pada elemen potensiometer. Potensiometer umumnya terdiri dari resistor pita atau kumparan yang memiliki tiga kaki: dua ujungnya dan satu titik sentuh yang bergerak sepanjang pita resistor. Ketika gilas atau penggerak potensiometer diputar, titik sentuh berpindah sepanjang pita resistor, mengubah panjang lintasan resistor yang melibatkan aliran arus. Sebagai hasilnya, resistansi antara titik sentuh dan ujung potensiometer berubah, menciptakan pembagi tegangan variabel dalam rangkaian. Nilai tegangan yang diambil dari titik sentuh dan ujung potensiometer dapat diatur secara proporsional tergantung pada posisi gilas atau penggerak potensiometer, memungkinkan kontrol manual terhadap level tegangan atau arus dalam suatu aplikasi. Prinsip ini membuat potensiometer menjadi komponen yang berguna dalam mengatur kecerahan lampu, volume audio, atau parameter lainnya dalam berbagai rangkaian elektronika.

10.Relay


Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.


Ada besi atau yang disebut dengan nama inti besi dililit oleh sebuah kumparan yang berfungsi sebagai pengendali. Sehingga kumparan kumparan yang diberikan arus listrik maka akan menghasilkan gaya elektromagnet. Gaya tersebut selanjutnya akan menarik angker untuk pindah dari biasanya tutup ke buka normal. Dengan demikian saklar menjadi pada posisi baru yang biasanya terbuka yang dapat menghantarkan arus listrik. Ketika armature sudah tidak dialiri arus listrik lagi maka ia akan kembali pada posisi awal, yaitu normal close. Fitur: 1. Tegangan pemicu (tegangan kumparan) 5V 2. Arus pemicu 70mA 3. Beban maksimum AC 10A @ 250 / 125V 4. Maksimum baban DC 10A @ 30 / 28V 5. Switching maksimum.

11. Touch sensor

Sensor sentuh merupakan sebuah saklar yang cara penggunaanya dengan cara disentuh menggunakan jari. Ketika sensor ini disentuh maka sensor akan bernilai HIGH, karena tubuh manusia terdapat aliran listrik sehingga sensor ini dapat bekerja. Sensor ini dapat kita gunakan untuk menyalakan lampu, motor, membuka pintu dan masih banyak lainnya.  
   Dalam keadaan IDLE output yang dihasilkan adalah LOW (konsumsi daya sangat kecil) sedangkan saat ada jari yang menyentuh modul ini output yang dihasilkan adalah HIGH. Jika tidak ada aktifitas lebih dari 12 detik maka modul otomatis akan kembali ke mode IDLE (hemat daya).

        Modul dapat dipasang di belakang permukaan plastik, kaca dan bahan non-logam lainnya untuk menutupi permukaan sensor. Selain itu, jika kita dapat mengatur posisi yang tepat untuk sentuhan, kita juga dapat menyembunyikannya di dalam dinding, meja dan bagian tombol tersembunyi lainnya.
Ketika jari menyentuh bagian sensor, modul menghasilkan sinyal high.
a. Arus Output Pin Sink (@ VCC 3V, VOL 0.6V): 8mA
b. Arus Output pin pull-up (@ VCC=3V, VOH=2.4V): 4mA
c. Waktu respon (low power mode): max 220ms
1. Dalam keadaan normal, modul menghasilkan sinyal low (hemat daya).
d. Waktu respon (touch mode): max 60ms Cara kerja:
4. Dilengkapi 4 lobang baut untuk memudahkan pemasangan
3. Jika tidak disentuh lagi selama 12 detik kembali ke mode hemat energi.
Kelebihan: - Konsumsi daya yang rendah
- Dapat menggantikan fungsi saklar tradisional
- Bisa menerima tegangan dari 2 ~ 5.5V DC


Rumus Tegangan sentuh maksimal  

𝐸𝑆 = 𝐼𝑘( 𝑅𝑘 + 1.5 𝜌𝑠)

Ket:    𝐼𝑘 = Arus fibrilasi
          𝑅𝑘 = Nilai tahanan pada badan manusia 
          𝜌𝑠 = Tahanan Jenis tanah 

pin yang terdapat pada touch sensor :
  • VCC: Sumber daya atau tegangan.
  • GND: Ground atau tanah.
  • OUT atau SIG: Keluaran sinyal sentuhan.
  • REF atau NC (No Connection): Referensi atau tanpa koneksi.





12. DHT
Sensor DHT (Digital Humidity and Temperature) adalah sensor yang digunakan untuk mengukur kelembaban dan suhu dalam suatu lingkungan. Sensor ini biasanya dilengkapi dengan sensor resistive humidity dan sensor suhu, serta sirkuit pengolahan sinyal digital. Ketika sensor diaktifkan, ia mengukur kelembaban dengan mengukur perubahan resistansi pada elemen sensitive humidity dan suhu dengan menggunakan sensor termistor. Hasil pengukuran ini dikonversi ke dalam bentuk sinyal digital dan dapat dibaca melalui protokol komunikasi seperti I2C atau One-Wire. Sensor DHT banyak digunakan dalam berbagai proyek elektronika dan sistem otomatisasi rumah untuk memantau dan mengendalikan kondisi lingkungan, memberikan informasi yang akurat tentang suhu dan kelembaban di sekitarnya.

  1. VCC (Voltage Common Collector): Ini adalah pin daya atau tegangan yang digunakan untuk menyediakan daya kerja pada sensor DHT. Biasanya, pin ini dihubungkan ke sumber daya positif (VCC) pada mikrokontroler atau papan pengembangan.
  2. Data (atau sinyal) (D or S atau OUT): Ini adalah pin data atau sinyal yang digunakan untuk mentransfer data dari sensor DHT ke mikrokontroler atau papan pengembangan. Sinyal ini sering kali dihubungkan ke pin data pada mikrokontroler dan digunakan untuk membaca informasi suhu dan kelembaban yang diukur oleh sensor.
  3. Ground (GND): Ini adalah pin tanah atau ground, yang terhubung ke sumber daya negatif pada mikrokontroler atau papan pengembangan, menciptakan sirkuit lengkap.
Prinsip kerja
Sensor DHT beroperasi dengan mengukur perubahan resistansi pada sensor kelembaban dan termistor suhu yang terintegrasi. Ketika kelembaban dan suhu di sekitarnya berubah, resistansi pada kedua elemen ini juga berubah. Sensor menggunakan jembatan Wheatstone untuk mengukur perubahan resistansi, dan hasilnya dikonversi menjadi sinyal digital. Protokol komunikasi sederhana digunakan untuk mentransfer data digital ke mikrokontroler atau papan pengembangan, memungkinkan pengukuran akurat dan respons cepat terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Dengan cara ini, sensor DHT menyediakan informasi yang handal tentang suhu dan kelembaban dalam bentuk digital untuk aplikasi pemantauan dan kontrol otomatis.
Gambar grafik respon sensor

13. 2N4033
Transistor 2N4033 adalah transistor bipolar PNP daya menengah yang terbuat dari silikon. Transistor ini memiliki spesifikasi yang cukup baik untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk penguat sinyal kecil, penguat daya, dan saklar. Transistor ini memiliki harga yang terjangkau dan mudah didapatkan.

Prinsip kerja transistor 2N4033 dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Transistor 2N4033 terdiri dari tiga lapisan semikonduktor, yaitu emitor, base, dan kolektor.
  • Lapisan emitor dan kolektor adalah lapisan tipe N, sedangkan lapisan base adalah lapisan tipe P.
  • Ketika base diberi tegangan positif, maka lapisan base akan menjadi konduktif.
  • Aliran elektron dari emitor ke kolektor akan dikendalikan oleh tegangan base.

Jika tegangan base lebih besar dari tegangan ambang, maka arus kolektor akan mengalir. Arus kolektor ini akan sebanding dengan tegangan base.

14.Transistor 2N2222



Transistor 2N2222 adalah jenis transistor NPN yang sering digunakan dalam rangkaian elektronik sebagai penguat sinyal atau switch.
2N2222 adalah transistor bipolar tipe NPN (Negative-Positive-Negative). Artinya, transistor ini memiliki dua lapisan semikonduktor tipe n (negatif) yang diapit oleh lapisan semikonduktor tipe p (positif). Ini menciptakan dua junction PN di dalam transistor.
Transistor 2N2222 memiliki tiga kaki, yang diberi label sebagai Emitter (E), Base (B), dan Collector (C). Emitter adalah kaki yang dihubungkan ke lapisan n pada ujung p transistor, Base adalah kaki yang terhubung ke lapisan p di tengah, dan Collector adalah kaki yang dihubungkan ke lapisan n di ujung lainnya.Transistor 2N2222 dapat digunakan sebagai penguat sinyal. Ketika arus kecil mengalir dari Base ke Emitter, transistor ini memungkinkan arus besar mengalir dari Collector ke Emitter. Ini menyebabkan amplifikasi sinyal pada jalur Collector-Emitter.

Transistor 2N2222 berfungsi berdasarkan prinsip kerja transistor bipolar tipe NPN. Ketika arus kecil mengalir dari kaki Base ke kaki Emitter, terjadi perubahan struktur lapisan semikonduktor di dalam transistor, mengizinkan arus besar mengalir dari kaki Collector ke kaki Emitter. Ini menghasilkan amplifikasi sinyal pada jalur Collector-Emitter, memungkinkan penggunaan transistor sebagai penguat. Sebagai saklar, ketika arus ke kaki Base mencapai ambang tertentu, transistor akan beroperasi sebagai saklar yang memungkinkan arus mengalir dari kaki Collector ke kaki Emitter. Sebaliknya, ketika arus ke kaki Base rendah, transistor berada dalam kondisi mati dan arus tidak dapat mengalir. Dengan kemampuan ini, 2N2222 digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi, termasuk penguat sinyal dan saklar dalam rangkaian elektronika.

15. Motor DC
Terdapat dua bagian utama pada sebuah Motor Listrik DC, yaitu Stator dan Rotor. Stator adalah bagian motor yang tidak berputar, bagian yang statis ini terdiri dari rangka dan kumparan medan. Sedangkan Rotor adalah bagian yang berputar, bagian Rotor ini terdiri dari kumparan Jangkar. Dua bagian utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting yaitu diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field winding (kumparan medan magnet), ArmatureWinding (Kumparan Jangkar), Commutator (Komutator)dan Brushes (kuas/sikat arang).

Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub utara magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan pergerakan kumparan berhenti
Untuk menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan dengan kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub utara kumparan akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya akan berubah menjadi kutub utara. Pada saat perubahan kutub tersebut terjadi, kutub selatan kumparan akan berhadap dengan kutub selatan magnet dan kutub utara kumparan akan berhadapan dengan kutub utara magnet. Karena kutubnya sama, maka akan terjadi tolak menolak sehingga kumparan bergerak memutar hingga utara kumparan berhadapan dengan selatan magnet dan selatan kumparan berhadapan dengan utara magnet. Pada saat ini, arus yang mengalir ke kumparan dibalik lagi dan kumparan akan berputar lagi karena adanya perubahan kutub. Siklus ini akan berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan.

16.  I2C

I2C, singkatan dari Inter-Integrated Circuit, adalah protokol komunikasi serial yang digunakan untuk menghubungkan dan memungkinkan berbagai perangkat elektronik berkomunikasi satu sama lain. Protokol ini menggunakan dua jalur kabel, yaitu SDA (Serial Data Line) untuk mentransfer data dan SCL (Serial Clock Line) sebagai sinyal clock yang mengatur laju transfer. I2C memungkinkan multipleksing, artinya beberapa perangkat dapat terhubung ke jalur yang sama dan diidentifikasi dengan alamat unik. Kelebihan utama I2C meliputi kemampuan menghubungkan berbagai jenis perangkat, kecepatan transfer data yang bisa diatur, serta kemampuan untuk menghubungkan perangkat dalam bus yang fleksibel. I2C sering digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti sensor, EEPROM, mikrokontroler, dan perangkat lainnya dalam sistem mikroelektronika.
kaki pin pada I2C

  1. VCC (Voltage Common Collector): Ini adalah pin yang menyediakan tegangan daya untuk perangkat I2C. Biasanya, tegangan ini dihubungkan ke sumber daya positif (VCC) pada mikrokontroler atau perangkat lainnya.
  2. GND (Ground): Pin tanah atau ground, yang terhubung ke sumber daya negatif atau ground pada mikrokontroler atau perangkat lainnya, menciptakan sirkuit lengkap.
  3. SDA (Serial Data Line): Ini adalah jalur untuk mentransfer data secara serial antar perangkat. Sinyal data dikirim melalui jalur ini.
  4. SCL (Serial Clock Line): Jalur ini digunakan untuk menyinkronkan pemindahan data antara perangkat. Sinyal clock dikirim melalui jalur ini untuk mengatur waktu kapan data dikirim atau diterima.
Prinsip kerja
Protokol I2C, atau Inter-Integrated Circuit, bekerja berdasarkan arsitektur master-slave yang melibatkan perangkat master yang mengawasi dan mengendalikan komunikasi dengan satu atau lebih perangkat slave. Komunikasi dimulai dengan sinyal start yang diikuti oleh pengiriman alamat perangkat slave dan operasi tertulis atau dibaca. Data dikirimkan secara serial melalui jalur SDA dan diatur oleh sinyal clock dari jalur SCL. Proses ditandai dengan sinyal stop yang menandakan akhir komunikasi. Setiap byte data diikuti oleh bit acknowledge untuk memastikan penerimaan data yang benar. Prinsip kerja I2C memungkinkan koneksi dan komunikasi yang efisien antarperangkat dalam berbagai aplikasi elektronika, seperti sensor, mikrokontroler, dan perangkat lainnya.

17. Load cell
Load cell adalah suatu alat pengukur gaya atau beban yang bekerja berdasarkan prinsip perubahan deformasi pada suatu bahan yang terkait dengan beban yang diberikan padanya. Load cell umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti timbangan industri, pengukuran gaya pada alat uji material, kontrol proses industri, dan banyak lagi.
Prinsip kerja

Prinsip kerja load cell didasarkan pada konsep perubahan deformasi pada bahan tertentu yang terkait dengan beban yang dikenakan padanya. Load cell merupakan sebuah sensor pengukur gaya atau beban yang umumnya terdiri dari strain gauge yang ditempatkan pada suatu bahan elastis. Ketika beban diterapkan pada load cell, bahan tersebut mengalami deformasi, menyebabkan perubahan panjang atau regangan. Strain gauge yang terpasang pada permukaan atau dalam bahan load cell merespon perubahan ini dengan mengalami perubahan resistansi. Strain gauge diatur dalam konfigurasi Wheatstone Bridge, menciptakan jembatan yang mencapai keseimbangan saat tidak ada beban. Namun, saat beban diterapkan, terjadi ketidakseimbangan dalam jembatan tersebut. Perubahan resistansi pada strain gauge menghasilkan sinyal listrik yang sebanding dengan beban yang dikenakan pada load cell. Sinyal ini kemudian dapat diukur, diubah menjadi nilai beban, dan digunakan untuk berbagai aplikasi seperti dalam timbangan industri, pengujian material, dan kontrol proses industri. Penting untuk kalibrasi yang tepat dan perawatan load cell agar memastikan akurasi dan kinerja yang optimal.
gambar grafik respon sensor

18. HX711


HX711 adalah sebuah IC (Integrated Circuit) yang dirancang khusus untuk digunakan dengan load cell dalam aplikasi pengukuran berat atau beban. IC HX711 umumnya digunakan sebagai penguat sinyal (amplifier) dan pemuat data (ADC - Analog-to-Digital Converter) untuk mengubah sinyal analog dari load cell menjadi nilai digital yang dapat diolah oleh mikrokontroler atau komputer.

penjelasan pin







a) Prosedur

  1. Download library yang diperlukan pada bagian download dalam blog.     
  2. Buka proteus yang sudah diinstal untuk membuat rangkaian.
  3. Tambahkan komponen seperti Arduino, sensor, dan perangkat lainnya lalu susun menjadi rangkaian.
  4. Buka Arduino IDE yang sudah diinstal.
  5. Di Arduino IDE, pergi ke menu "File" > "Preferences".Pastikan opsi
  6. "Show verbose during compile" dicentang untuk mendapatkan informasi detail saat kompilasi.
  7. Salin kode program Arduino pada blog kemudian tempelkan program tadi ke Arduino IDE.
  8. Kompilasikan kode dengan menekan tombol "Verify" di Arduino IDE.
  9. Cari dan salin path file HEX yang dihasilkan selama proses kompilasi.
  10. Kembali ke Proteus dan pilih Arduino yang telah Anda tambahkan di rangkaian.
  11. Buka opsi "Program File" dan tempelkan path HEX yang telah Anda salin dari Arduino IDE.
  12. Jalankan simulasi di Proteus.
b) Diagram blok





c) Rangkaian Simulasi dan Prinsip kerja

Rangkaian saat mati
Rangkaian Saat hidup



Prinsip Kerja Rangkaian

  1. Rangkaian terdiri dari 5 sensor yaitu DHT11 untuk monitoring suhu dan kelembaban, ldr untuk monitoring lux cahaya, loadcell untuk monitoring baglog sebelum digunakan, gass memonitoring co2, flame untuk monitoring apakah terjadi kebakaran atau  tidak
  2. rangkaian memiliki 6 output kontrol yaitu motor sprinkle untuk pemadaman api, motor misting untuk mengatur kelembaban, motor kipas untuk mengatur suhu, motor logic loadcell untuk mengatur berat baglog, motor ventilasi untuk mengatur kadar co2 dan motor servo rollerblind untuk mengatur cahaya
  3. ketentuan untuk kangkaian kontrol, motor sprinkle aktif kika flame sensor mendeteksi api
  4. misting motor aktif jika kelembaban kurang dari 60% selebihnya mati
  1. ventilasi terbuka ketika gas co2 lebih dari 20 ppm
  1. rollerblind tertutup jika cahaya lebih dari 200 lux dan jika kurang dia menutup
  1. motor kipas hidup jika suhu lebih dari 22C dan mati jika kurang dari 22C
  2. motor misting hidup jika kelembaban kurang dari 60% dan mati jika lebih dari 60%
  3. Loadcell memiliki 3 kondisi yaitu motor menambah substrat baglog jika berat kurang dari 0.9 kg
  4. mengurangi substrat baglog jika berat lebih dari 2 kg
  5. dan tidak melakukan keduanya jika berat 1 - 2 Kg 
  1. Dipswitch ada 4 kondisi
  2. Output switch berpengaruh ke LCD 
  3. Dipswitch 1 off - mode monitoring 1 (Gas, ldr, dan flame)
  4. Dipswitch 1 on - mode monitoring 2 (dht11 dan loadcell)
  5. Dipswitch 2 off - mode automatic watering
  6. Dipswitch 2 on - mode manual watering


d) Flowchart dan Program

Flowchart

  • Flowchart Setup




  • Flowchart Loop
Flowchart DHT Class



  • Flowchart Gas sensor class
  • Flowchart Pin configuration

  • Flowchart Flame State



  • Flowchart Lux



Flowchart Loadcell Logic






Listing code

#include <Wire.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
#include <DHT.h>
#include <HX711.h>
#include <MQ135.h>
#include <Servo.h>

#define DHTPIN 11
#define DHTTYPE DHT11

#define LOADCELL_DOUT_PIN 2
#define LOADCELL_SCK_PIN 3

#define MQ_PIN A1
#define LDR_PIN A0
#define FLAME_SENSOR_PIN 7

#define SPRINKLE_MOTOR_PIN 5
#define MISTING_MOTOR_PIN 4
#define FAN_MOTOR_PIN 10
#define ROLLER_BLIND_SERVO_PIN 12 // Ganti dengan pin yang sesuai
#define PENGURANG_BAGLOG_MOTOR 13
#define VENTILATION_SERVO_PIN 9 // Ganti dengan pin yang sesuai
#define NONE_LOGIC_PIN 0

#define LCD_I2C_ADDR 0x27
#define LCD_COLS 20
#define LCD_ROWS 4

#define DIPSWITCH_SENSOR_PIN 6
#define DIPSWITCH_MOTOR_PIN 8

#define CALIBRATION_VALUE 3605930

Servo rollerBlindServo;
Servo ventilasiServo;
DHT dht(DHTPIN, DHTTYPE);
HX711 scale;
MQ135 gasSensor(MQ_PIN);
LiquidCrystal_I2C lcd(LCD_I2C_ADDR, LCD_COLS, LCD_ROWS);

bool sensorDisplayMode = true; // true: DHT11 & Loadcell, false: MQ, LDR, Flame Sensor
bool motorControlMode; // false: all motors off, true: all motors on
unsigned long manualWateringStartTime = 0;
const int MANUAL_WATERING_DURATION = 5000; // 20 detik

void setup() {
  Serial.begin(9600);

  pinMode(SPRINKLE_MOTOR_PIN, OUTPUT);
  pinMode(MISTING_MOTOR_PIN, OUTPUT);
  pinMode(FAN_MOTOR_PIN, OUTPUT);
  pinMode(VENTILATION_SERVO_PIN, OUTPUT);
  pinMode(ROLLER_BLIND_SERVO_PIN, OUTPUT);
  pinMode(PENGURANG_BAGLOG_MOTOR, OUTPUT);
  pinMode(NONE_LOGIC_PIN, OUTPUT);



  pinMode(DIPSWITCH_SENSOR_PIN, INPUT_PULLUP);
  pinMode(DIPSWITCH_MOTOR_PIN, INPUT_PULLUP);


  rollerBlindServo.attach(ROLLER_BLIND_SERVO_PIN);
  ventilasiServo.attach(VENTILATION_SERVO_PIN);

  // Initialize LCD with I2C address
  lcd.begin(LCD_COLS, LCD_ROWS);
  lcd.setBacklight(LOW); // Turn off backlight initially

  dht.begin();  // Initialize the DHT sensor

  scale.begin(LOADCELL_DOUT_PIN, LOADCELL_SCK_PIN);

  // You may need to calibrate the load cell using scale.set_scale() and scale.tare()
}

void loop() {
  // Read DIP switches
  bool sensorModeSwitchState = digitalRead(DIPSWITCH_SENSOR_PIN);
  bool motorModeSwitchState = digitalRead(DIPSWITCH_MOTOR_PIN);

  float weight = (scale.get_units() / CALIBRATION_VALUE) * 100;
  int ldrValue = analogRead(LDR_PIN);
  float voltage = (float)ldrValue* (5.0 / 1023.0);
  float Rldr = (7 * voltage) / (5 - voltage);
  float luxmeter = abs(-90 * ((Rldr - 5) / 15) + 100);
  float dhtTemp = dht.readTemperature();
  float dhtHumidity = dht.readHumidity();
  float MQ135 = gasSensor.getPPM();
  int flame_state = digitalRead(FLAME_SENSOR_PIN);

  //Control part code
  if(dhtTemp > 16 && dhtTemp < 23){
    digitalWrite(FAN_MOTOR_PIN, LOW);
  } else if(dhtTemp > 22){
    digitalWrite(FAN_MOTOR_PIN, HIGH);
  } else{
    digitalWrite(FAN_MOTOR_PIN, LOW);
  }
  if(luxmeter > 200){
    rollerBlindServo.write(0); // Ganti dengan sudut yang sesuai untuk membuka ventilasi
  } else{
    rollerBlindServo.write(90); // Ganti dengan sudut yang sesuai untuk membuka ventilasi
  }

  if(MQ135 > 20 ){
    ventilasiServo.write(90); // Ganti dengan sudut yang sesuai untuk membuka ventilasi
  } else{
    ventilasiServo.write(0); // Ganti dengan sudut yang sesuai untuk membuka ventilasi
  }

  if (sensorModeSwitchState) {
    sensorDisplayMode = true; // DHT11 & Loadcell
  } else {
    sensorDisplayMode = false; // MQ, LDR, Flame Sensor
  }
  if(dhtHumidity > 60 && dhtHumidity < 70){
    digitalWrite(MISTING_MOTOR_PIN, LOW);
    lcd.print("Kering          ");

  } else if(dhtHumidity < 61){
    digitalWrite(MISTING_MOTOR_PIN, HIGH);
    lcd.setCursor(0, 3);
    lcd.print("Pass          ");
  } else{
    digitalWrite(MISTING_MOTOR_PIN, LOW);
    lcd.setCursor(0, 3);
    lcd.print("Lembab           ");
  }
  if (flame_state == 1) {
  digitalWrite(SPRINKLE_MOTOR_PIN, HIGH);
  }    
  else {
  digitalWrite(SPRINKLE_MOTOR_PIN, LOW);
  }

  if (sensorDisplayMode) {
    displaySensorData(weight,dhtHumidity,dhtTemp);
  } else {
    displayMQData(luxmeter);
  }

  if (motorModeSwitchState == HIGH) {
    Manual_Watering();
  }
 if(weight >= 1 && weight <= 2){
    digitalWrite(PENGURANG_BAGLOG_MOTOR, LOW);
    digitalWrite(NONE_LOGIC_PIN, LOW);
  }
  else if(weight > 2){
    digitalWrite(PENGURANG_BAGLOG_MOTOR,HIGH);
    digitalWrite(NONE_LOGIC_PIN,HIGH);

  }
  else{
    digitalWrite(PENGURANG_BAGLOG_MOTOR, LOW);
    digitalWrite(NONE_LOGIC_PIN,HIGH);
  }
  delay(1000); // Delay for 1 second
}

void displaySensorData(float weight, float humidity, float temperature) {

  lcd.clear();
  lcd.setCursor(0, 0);
  lcd.print("Temperature: ");
  lcd.print(temperature);
  lcd.print("C");

  lcd.setCursor(0, 1);
  lcd.print("Humidity: ");
  lcd.print(humidity);
  lcd.print("%");

  lcd.setCursor(0, 2);
  lcd.print("Weight: ");
  lcd.print(weight);
  lcd.print(" Kg");
}

void displayMQData(float luxmeter) {
  lcd.clear();
  lcd.setCursor(0, 0);
  lcd.print("MQ135: ");
  lcd.print(gasSensor.getPPM());
  lcd.print(" ppm");

  lcd.setCursor(0, 1);
  lcd.print("LDR: ");
  lcd.print(luxmeter);

  lcd.setCursor(0, 2);
  lcd.print("Flame: ");
  int flame_state = digitalRead(FLAME_SENSOR_PIN);
  if (flame_state == 1) {
    lcd.print("Actived       ");
  }    
  else {
      lcd.print("Off             ");
  }
  lcd.setCursor(0, 3);
  lcd.print("Switch to Monitoring");
}

void controlMotors() {
  digitalWrite(SPRINKLE_MOTOR_PIN, HIGH);
  digitalWrite(MISTING_MOTOR_PIN, HIGH);
  digitalWrite(FAN_MOTOR_PIN, HIGH);
  ventilasiServo.write(90);
  rollerBlindServo.write(90); // Ganti dengan sudut yang sesuai untuk menggerakkan roller blind

}

void stopMotors() {
  digitalWrite(SPRINKLE_MOTOR_PIN, LOW);
  digitalWrite(MISTING_MOTOR_PIN, LOW);
  digitalWrite(FAN_MOTOR_PIN, LOW);
  ventilasiServo.write(0);
  rollerBlindServo.write(0); // Ganti dengan sudut yang sesuai untuk menghentikan roller blind
 
}
void Manual_Watering() {
  // Your sensor-related logic here
  // For example, read sensor values and take appropriate actions
  // You can add conditions and actions based on sensor readings

  // Check if manual watering switch is ON
  bool manualWateringSwitchState = digitalRead(DIPSWITCH_MOTOR_PIN);

  if (manualWateringSwitchState) {
    // Check if manual watering timer has not started
    if (manualWateringStartTime == 0) {
      // Start the manual watering timer
      manualWateringStartTime = millis();
      // Turn on the motor for manual watering
      digitalWrite(SPRINKLE_MOTOR_PIN, HIGH); // Assuming this is your sprinkle motor
    }

    // Check if the manual watering duration has passed
    unsigned long elapsedTime = millis() - manualWateringStartTime;
    if (elapsedTime >= MANUAL_WATERING_DURATION) {
      // Stop manual watering after 20 seconds
      digitalWrite(SPRINKLE_MOTOR_PIN, LOW); // Stop watering
      // Reset the manual watering timer
      manualWateringStartTime = 0;
    }

    // Display the remaining time on the LCD
    lcd.setCursor(0, 3);
    lcd.print("Remaining: ");
    lcd.print((MANUAL_WATERING_DURATION - elapsedTime) / 1000);
    lcd.print("s                      ");
  } else {
    // If manual watering switch is OFF, stop the motor
    digitalWrite(SPRINKLE_MOTOR_PIN, LOW); // Stop watering
    // Reset the manual watering timer
    manualWateringStartTime = 0;

    // Clear the remaining time display on the LCD
    lcd.setCursor(0, 3);
    lcd.print("                 ");
  }
}


e) Kondisi

  • Dipswitch 1 Off dan dipswitch 2 Off - Kondisi monitoring 1 (Gas,LDR,Flame)
  • Dipswitch 1 On dan Dipswitch 2 off - Kondisi Monitoring 2 (DHT dan Loadcell) 
  • Dipswitch 1 On dan Dipswitch 2 off Kondisi Monitoring 2 + Penyiraman manual 




VIDEO [KEMBALI]

video simulasi rangkaian proteru


Video simulasi rangkaian flowchart




video teori

  • Video budidaya kumbung jamur tiram putih
  • video teori lcd

  • video teori DHT

  • video teori arduino

  • video teori LDR

  • video teori Flame Sensor

  • video teori MQ 135

  • video teori load cell



  • video teori sensor Flame Sensor




Download File [KEMBALI]

Download rangkaian Proteus klik disini
Download HMTL klik disini
Download listing program klik disini
Download video simulasi rangkaian klik disini
Download Rangkaian Proteus Visual Designer klik disini
  • Download Library
Download library Arduino klik disini
Download library LCD klik disini
Download library Flame Sensor klik disini
Download library MQ 135 klik disini
  • Download datasheet 
Download datasheet Arduino UNO klik disini
Download datasheet Flame Sensor klik disini
Download datasheet MQ 135 klik disini
Download datasheet Rotary Switch klik disini
Download datasheet Potensiometer klik disini
Download datasheet LDR klik disini
Download datasheet DHT klik disini
Download datasheet load cell klik disini
Download datasheet LCD klik disini
Download datasheet Relay klik disini
Download datasheet LED klik disini
Download datasheet Transistor 2N2222 klik disini
Download datasheet Transistor 2N4033 klik disini
Download datasheet I2C klik disini
Download datasheet HX7111 klik disini
Download datasheet Motor DC klik disini



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cover

Cover uP dan uC